Kamis, 11 Desember 2008

Metode Pengajaran dalam Novel "Toto-Chan Gadis Cilik Di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi"

Judul      :Toto-chan Gadis Cilk di jendela
Karya     : Tetsuko Kuroyanagi
Tebal      : 272 hlm
Penerbit : PT Gramedia Pustaka
Tahun    : 2007, cetakan ke-13

Barangkali penilaian pertama saat membaca buku ini adalah cerita fiksi tentang masa kecil anak-anak atau juga buku bacaan untuk anak-anak. Tetapi setelah membacanya lebih jauh, ternyata apa yang dilihat tidak sama dengan yang dibaca secara seksama. Dalam buku itu mengungkapkan tentang kisah nyata masa kecil seseorang yang diajarkan di sebuah sekolah, -Tomoe Gauken, yang kelasnya berasal dari gerbong kereta-, berbeda dengan sekolah formal lainnya. Yang menarik dari cerita ini adalah bagai mana metode pengajaran terhadap anak didik. Di samping itu, metode pengajaran ini mengutamakan anak didik lebih memilih pelajaran atau kegiatan yang ia suka. Tidak seperti sekolah lain yang berurutan mengenai mata pelajaran yang diajarkan. Metode ini menyerahkan sepenuhnya kepada anak didik, yang lebih bersifat alamiah. 

Bagi murid-murid, memulai hari dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka sukai sungguh sangat menyenangkan. Fakta bahwa mereka punya waktu seharian untuk mempelajari mater-materi yang tidak mereka sukai, menunjukkan bahwa entah bagaimana mereka bisa bertahan menghadapi pelajaran-pelajaran itu. 
Jadi belajar di sekolah ini pada umumnya bebas dan mandiri. Murid bebas berkonsultasi dengan guru kapan saja dia merasa perlu. Guru akan mendatangi murid jika diminta dan menjelaskan setiap hal sampai anak itu benar-benar mengerti. Kemudian mereka diberikan latihan-latihan lain untuk dikerjakan sendiri. Itulah belajar dalam arti yang sebenar-benarnya, dan itu berarti tak ada murid yang duduk menganggur dengan sikap tak peduli sementara guru sedang menjelaskan sesuatu (hlm. 38).

Dari perjalanan kisah hidup masa kecil tetsuko kuroyagi benar-benar menjadi inspirasi para pembaca, khususnya yang lebih mendalami pada pengajaran. Itu dilihat dari bab-bab buku ini memaparkan bagaimana watak baik seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang baik pula, atau sebaliknya. Pada dasarnya manusia lahir memiliki watak yang baik, tinggal lingkungan saja yang bisa membentuknya. 

Pelajaran yang langsung terjun ke lapangan adalah hal yang sangat menyenangkan dan mudah diingat daripada mendapatkannya dari teori. Selain itu, anak didik tidak perlu memakai pakaian yang rapi atau bagus, karena mereka lebih sering bermain sampai kotor. Tanpa disadari bermain sambil belajar merupakan pelajaran yang sangat berharga.

Mengatasi masalah sendiri, seperti Toto-chan yang juga ingin serba tahu sehingga dapat merugikan dirinya. Dari situlah, pelajaran berharga yang sebenarnya didapat. Lebih membuat mereka mandiri, tanpa ketergantungan orang lain, rasa percaya diri, kesetiaan, sopan santun, saling menghargai dan menghargi, tidak membedakan kedudukan atau status, membuat anak didik lebih dewasa dan berfikir secara matang. 

Mengapa kita tidak mencontoh metode pengajaran yang seperti sekolah Toto-chan, yang memang merupakan kisah nyata. Perlu dukungan dari pengajar dan orang tua murid itu sendiri, tanpa memikirkan dampak buruknya. Sebenarnya, metode pengajaran formal memang perlu diterapkan di sekolah, tetapi dengan belajar langsung dengan alam merupan metode yang berkesinambungan. (mira-aching)


Tidak ada komentar: